Kisah
'Lima Gadis Yang Bodoh' dalam kitab injil layak menjadi sumber hikmat bagi kita
semua. Sepintas terdengar seperti cerita yang lumrah, tidak banyak pembelajaran
yang bisa kita timba. Namun jika kita melihat konteksnya, seharusnya mata kita terbuka betapa penting hidup berjaga jaga.
Kata
'bodoh' yang dipakai adalah 'moros' yang artinya lebih dekat dengan masalah
moral daripada kecerdasan. Kata yang sama pernah digunakan oleh Yesus untuk
mengkritik para rohaniawan Yahudi pada jamannya.
"Hai kamu orang-orang bodoh dan orang-orang buta, apakah yang lebih penting, emas atau Bait Suci yang menguduskan emas itu?"
Gagal
paham atau Lack of knowledge adalah sumber segala kegagalan dan ketidakbahagiaan. Jika para gadis mengetahui bahwa tradisi menjemput mempelai itu
melibatkan "penantian tanpa kepastian", maka sudah seharusnya mereka
menyiapkan 'reserve' atau memiliki minyak cadangan. Pakai perhitungan yang
matang, minimal pakai perkiraan. Hidup ini menyimpan banyak ketidakpastian, itulah sebabnya berjaga-jaga tidak ada ruginya.
Inilah hikmat yang bisa kita petik, 'dalam penantian dan ketidakpastian lakukanlah apa yang Anda tahu sambil berjaga-jaga'.
Gagal dalam membuat persiapan bisa berakibat penyesalan sepanjang
sisa hidup. Itulah yang dialami oleh kelima gadis itu. Mereka ditolak masuk
rumah pesta pernikahan. "Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu
dan berkata: Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu! Tetapi ia menjawab: Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu. Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya."
Sukses adalah persiapan bertemu dengan kesempatan. Mereka yang
selalu siap sedia, akan menjadi yang pertama menjemput kesempatan yang
tersedia. Kebenaran ini bisa kita aplikasikan dalam setiap aspek kehidupan.
Kebodohan membuat manusia gagal paham. Malas belajar membuat manusia 'ignorant', cuek dengan keadaan, tidak tanggap dengan kenyataan dan tidak bisa membaca tanda tanda jaman. Itulah yang terjadi dengan kelima gadis yang tertinggal. Itulah sebabnya ketertinggalan sangat erat hubungannya dengan kebodohan.
Renungan Oleh:
Pendeta Paulus Wiratno